Jadi dosen?
Hmm.. itu tak pernah terbersit sedikitpun di dalam otak saya. Bahkan dalam bayangan saya, dalam coretan diary saya, berandai-andai pun tak pernah.
Ketika saya lulusan kemarin, keluarga saya heboh. Maklum, cucu pertama yang sudah menjadi sarjana. Semua saudara ribut memberi saran agar saya menjadi dosen. Yap. Setelah mereka melihat transkrip saya yang (ehm) lumayan bagus, semuanya berbondong-bondong memberikan sugesti, saran, masukan, informasi, paksaan, jambakan, (cukup. gak sampe segitunya kok). Intinya mereka semuanya kompakan meminta saya segera mendaftar menjadi dosen.
Oke. Ehm ehm. Dosen? Waoww..
Kasian nanti anak bimbing saya (ceritanya udah jadi dosen), bukannya dapet ilmu dari saya, tapi saya ajak jalan-jalan terus #eaaa
Studi banding kesana, penelitian kesini, kesitu, kemari, dan kemana-mana. Yang ada nanti mahasiswa saya seneng, keenakan sampe gak lulus-lulus haha (oke ini berlebihan).
Oke. Dosen ya? Hmm..
Saya memang kepingin banget untuk lanjut studi S2. Tapi sama sekali tak ada niatan untuk jadi dosen. Saya juga belum ada pengalaman buat ngajarin/jadi asisten dosen sama sekali. Tapi, kata temen-temen, saya bakat jadi dosen. Soalnya sabar, jadi cocok ngajarin mahasiswa (emangnya modal sabar aja cukup yaa? hahahahha).
Latar belakang pekerjaan keluarga besar saya memang dosen. Ibu saya dosen ekonomi, tante saya dosen antropologi, om saya dosen mesin, kakek saya dosen pendidikan, kakek saya yang lain malah rektor (kenapa gak sekalian aja yaa bikin perguruan tinggi sendiri. perguruan tinggi travelling haha. tetep aja baliknya jalan-jalan :p ).
Seperti kata pepatah ya, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Biasanya, bakat anak itu mirip sama orangtuanya. Seperti Mario Blanco. Seorang pelukis dari Bali yang baru-baru ini saya datangi galerinya. Beliau memiliki bakat yang tak jauh berbeda dengan ayahnya, Antonio Blanco. Seorang pelukis dan seniman dari Spanyol yang hijrah dan menetap di Bali.
Mungkin, bisa jadi saya seperti itu. Darah seni saya mengalir dari ayah. Itu mengapa saya suka sekali dengan desain. Dan mungkin bisa jadi ibu saya menurunkan bakat mengajar sebagai dosen pada saya. Yaaa.. who knows?
Dan setelah saya pikir-pikir, apa salahnya menjadi seorang dosen? Dapat pahala, link, pengalaman, teman, dan masih banyak lagi.
Mungkin langkah pertama yang saya ambil adalah mencoba menjadi asisten dosen. Merasakan bagaimana rasanya (membantu) mengajar. Sambil disambi mencari informasi S2. Karna memang syarat untuk menjadi seorang dosen, minimal pendidikannya S2. Kepinginnya sih di LN. Sukur-sukur dapet beasiswa. Amiiinnn.. Tapi kalo rezekinya di dalam negeri yaaa juga hayuukk gak nolak.. Hehehe..
Yang pasti sekarang saya lagi berwirausaha dengan teman-teman kampus. Sukur-sukur bisa membantu untuk modal S2 sedikit-sedikit. Amiinn.. mohon doanya yaaaa :)
Semoga kelak saya bisa menjadi pengusaha dan dosen yang mabrur. Amiiinnnn! :D :*