8 Juni 2013

Bandung, i'm coming!


     Kepada Yth. Pelamar SPS ITB

    Hasil seleksi SPS - ITB Sem. I Gel 1 2013/2014 sudah diumumkan di www.sps.itb.ac.id.

    Salam SPS-ITB
    (SMS - Center SPS ITB)

Pesan singkat yang tertera di handphone nokia jadul saya malam itu membuat cukup panik dan panas dingin. Saat itu saya tengah berada di salah satu hotel Surabaya yang sedang mengadakan pameran grafis. Dan kebetulan salah satu teman berpartisipasi dalam pameran tersebut.

Kondisi ipad saat itu sedang krisis pulsa dan membuat jaringan internet luar biasa lemot. Selagi saya menanyakan password wifi kepada salah seorang pegawai hotel tersebut, saya memberitahukan info kepada --Inko-- teman S1 yang sama-sama mendaftar ITB.

Lama tak dibalas, akhirnya saya mendapat password wifi cafe tersebut dan sesegera mungkin untuk bisa online. Ketika email saya buka, dengan masih membaca tiap kalimatnya dengan perasaan tak menentu, tiba-tiba notification twitter berbunyi. Isinya pernyataan selamat dari Inko bahwa kami semua lolos seleksi S2 ITB Gel 1. Masih tidak percaya, saya langsung menamatkan isi email dengan cepat. Dan Alhamdulillahhhh.. memang nama saya tertera disitu! Ohh rasanya senang sekaliii... impian saya untuk berkuliah di ITB tercapai juga. Terimakasih, ya Allah :)






Keinginan untuk lanjut S2 sebenarnya sudah ada sejak lulus dari S1. Inginnya sih lamar-lamar kerja dulu, ngerasain setahun, baru lanjut sekolah. Belum sempat untuk coba lamar sana-sini, rupanya takdir mengatakan saya dan beberapa teman kampus untuk mulai merintis usaha mandiri bersama. Dan Alhamdulillah kami sudah berusia setahun lebih lima bulan. Semoga kami bisa langgeng sampai anak cucu nanti. Amien.. :)

Karena sangking sayangnya sama anak kami --DECORE--saya sempat mengalami dilematis antara lanjut atau tidak untuk S2. Di satu sisi, keinginan pertama saya memang lanjut S2 dan itu adalah salah satu cita-cita almarhum ibu. Tapi di sisi lain, saya ingin selalu standby di DECORE, selalu terlibat di dalamnya, untuk terjun langsung dalam setiap project-projectnya. Tapi tidak mungkin keduanya bisa saya ambil.

Awal mula tujuan saya S2 adalah hanya sekedar untuk menambah ilmu. Tetapi lama kelamaan, keinginan itu berkembang untuk memanfaatkan ilmu yang saya dapat untuk disharingkan kepada yang lain sebagai dosen desain.

Sepengetahuan saya, kuliah desain S2 hanyalah di ISI dan FSRD ITB. Dan kedua kampus tersebut tidak berada di Surabaya. Saya tau, salah satu syarat menjadi dosen adalah S1 dan S2 yang sama-sama di satu garis yaitu bidang desain. Tapi di situ saya masih ngotot. Saya berpikir bahwa jika S1 saya di bidang desain dan S2 saya di bidang manajemen/bisnis, saya masih tetap bisa diterima untuk menjadi dosen. Dan saya sudah ancang-ancang untuk mengambil kuliah di Surabaya dengan sistem kuliah pada saat weekend saja. Jadi saya tetap bisa meng-handle DECORE dan kuliah di akhir pekan.

Yaa tapi gimanapun manusia berencana, Tuhan pun lah yang menentukan hasil akhirnya. Ketika saya konsultasikan dengan salah satu dosen, jika niat saya adalah menjadi dosen, mau tidak mau memang harus mengambil kuliah desain. It means, saya memang harus menuntut ilmu di kota orang.

Akhirnya dengan segala pertimbangan, ITB Bandung menjadi kampus tujuan saya. Mulai dari mencari info, mendaftar via online, membuat portofolio dan proposal tesis, mengurus persyaratan pendaftaran, hingga bolak-balik Surabaya-Bandung dilakukan. Dan yang paling membuat ketar-ketir adalah nilai TOEFL/ELPT saya yang belum lulus, sedangkan tes wawancara sudah diumumkan kapan tanggalnya. Seperti semacam dejavu, persyaratan wisuda S1 dahulu adalah lulus TOEFL dan saya lulus setelah tes TOEFL beberapa kali. Sama dengan tes TOEFL/ELPT di ITB, setelah tes kedua,saya baru dinyatakan lulus.

Ekspresi saya persis dengan pengumuman TOEFL S1, sangat emosional sekali. Sewaktu pengumuman lulus TOEFL S1, saya dan beberapa teman yang posisinya saat itu berada di salah satu restoran di mall, langsung sujud syukur dan menangis terharu. Sama dengan ketika pemberitahuan lulus TOEFL/ELPT S2, posisi saat itu saya berada di kantor pajak langsung teriak kegirangan tanpa suara di pojokan. Dan cuman bisa nyengir waktu dilihat orang-orang. Hha!

Begitu pula sewaktu panggilan tes wawancara. Saya dapat undangan via pos dan email. Rasanya gugup luar biasa. Satu kelompok diisi dengan 5-6 orang calon mahasiswa. Yang mewawancarai --entah itu siapa belum kenal juga-- yang pasti orang-orang TOP FSRD ITB. Dengan masing-masing deretan gelar yang mengikuti di depan nama masing-masing. Saya penasaran. Saya cari tau siapa saja kedua bapak tersebut. Dan yang paling dahsyat salah satu dosen tersebut adalah dekan dari FSRD. Alamak!

Tiba hari H tes wawancara. Gugup? Jangan ditanya. Mulut sudah komat-kamit berdoa. Malam hari sebelumnya, saya menyempatkan membaca lagi proposal tesis yang saya buat. Selain itu sedikit browsing-browsing tentang wawasan desain. Sedikiittt..

Ruang tempat saya bakalan di uji nyali adalah di Sekretariat S2 FSRD ITB. Saya satu kloter dengan Mas Mahendra, senior saat S1. Rata-rata teman-teman peserta uji nyali saya cukup beragam. Ada yang dari Bali, Jakarta, Malang dan Makassar.

Saya memang ditakdirkan untuk maju pertama kali. Dengan abjad pertama huruf "A" maka nama sayalah yang dipanggil pertama kali. Perasaannya sama persis ketika saat sidang tugas akhir tapi bebannya bertambah karena belum kenal siapa dosennya.

Pertanyaan seputar portofolio, proposal tesis, pekerjaan, wawasan desain hingga cita-cita setelah lulus S2. Lumayan lama kalo kata peserta wawancara yang lain. Saya-nya ngeh gak ngeh, pokoknya mah udah lega bisa kelar tes wawancaranya. I'll do my best, sisanya saya serahkan sama Tuhan.

***
 
Perasaan ketika pengumuman lolos seleksi S2 saat itu memang luar biasa senang sekaligus sedih. Rasa senang, terharu,excited dan sedih campur berbaur menjadi satu. Sedih karena akan berpisah dengan teman-teman sementara waktu, berpisah dengan kantor, berpisah dengan keluarga, berpisah dengan zona nyaman. Yap, there is no growth in comfort zone and no comfort in a growth zone. Kalimat sakti itu yang secara tidak langsung menjadi penyemangat saya.

Yang pasti saya sangat excited untuk memulai semuanya. Excited dengan lingkungan baru, suasana baru, teman baru, dan untuk pertama kalinya nge-kost! Haha, selama 24 tahun ini saya belum pernah sekalipun jauh dari keluarga. Sejauh-jauhnya bepergian pun pasti kembali pulang. Tapi untuk tinggal sendirian selama 2 tahun --even akan pulang ke rumah pada waktu liburan-- belum pernah saya alami. Entah gimana rasanya. Homesick atau malah excited. We'll see :)

Bandung, i'm coming! :D