28 Desember 2014

"Jangan lupa prioritas, dek"


Ketika saya mendengar kabar itu, dada terasa sesak dan seketika terhenyak

Bulan ini, saya genap berumur 26 tahun. Tidak ada yang spesial di hari ulangtahun saya, kecuali beberapa keluarga yang tak lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya dan tak lupa ibu dari mas partner saya yang ikut serta membuat saya menitikkan air mata di pagi hari :')
Terlepas dari itu semua, saya terlupa bahwa ayah saya sebentar lagi akan segera pensiun. Walaupun beliau masih energik sekali dalam melakukan apapun, tapi usia beliau sudah memasuki masa pensiun. Dan kabar pagi hari kemarin, di saat saya sedang sibuk-sibuknya dengan deadline tugas yang cukup menyita otak dan perhatian, seketika tersadar dan terhenyak bahwa saat itu akan tiba. Saat dimana ayah saya akan segera pensiun.

Saya yakin dan percaya kepada Allah SWT bahwa rejeki itu sudah diatur dan tidak akan tertukar. Insya Allah selama kita berusaha, berdoa dan tak lupa bersedekah, maka rejeki itu akan selalu ada. Seharusnya dengan keyakinan seperti itu saya tidak sepatutnya khawatir dan cemas. Lalu entah apa yang saya khawatirkan, saya pun tak tahu. Satu yang pasti, perasaan saya sesak rasanya, kalut, dan seketika blank seperti tidak tahu harus berbuat apa.

Apakah setiap anak yang mengalami hal seperti ini sama seperti perasaan yang saya alami? Apakah akan sekalut ini? Seharian saya tidak bisa berkonsentrasi (dan pada akhirnya saya paksakan untuk mengenyahkan kekalutan itu sebentar sembari saya bergerak cepat menyelesaikan tugas), malam harinya saya menangis seperti anak kecil yang tersesat. Terisak-isak tanpa suara dan tertidur hingga menimbulkan sisa mata yang bengkak di pagi hari.

Mungkin ini salah satu proses menjadi dewasa. Saya sebagai anak tertua dari 4 bersaudara, harus kuat, harus bisa berpikir dewasa dan bijaksana. Mungkin itulah yang membuat beban di pundak saya berat rasanya. Saya tidak merasa bahwa saya terbebani dan merasa terpaksa. Tidak sama sekali. Justru saya merasa bagaimana caranya agar semua orang yang di sekeliling saya bahagia dan tidak susah. Saya benci mengecewakan orang lain.

Sepupu baik saya mengatakan bahwa saat ini yang harus saya lakukan adalah fokus terhadap studi saya. Belajarlah untuk mengesampingkan masalah itu sementara dan fokuslah terhadap studi agar dapat segera lulus. Ya, amat besar harapan saya untuk bisa lulus tepat waktu. Saya menikmati proses kuliah ini, tapi saya juga bisa segera lulus tepat waktu agar tidak menjadi beban orang tua. Kejelekan sifat saya adalah pribadi yang gampang kepikiran, susah untuk mengesampingkan sejenak dan berkonsentrasi terhadap hal lain yang lebih penting. Masalah sedikit, bikin uring-uringan kepikiran. Gampang kok bikin saya stres. Tinggal bikin masalah dan voila! Saya akan kepikiran dan uring-uringan hingga masalah itu selesai dan timbul perasaan lega pada diri saya.

"Jangan lupa prioritas, dek"

Pesan itu yang akan menjadi pedoman saya hingga nanti saya dinyatakan lulus oleh kampus. Bahwa studi saya akan menjadi prioritas saat ini. Bukan lantas menghiraukan urusan lainnya, tapi saya harus keras pada diri saya sendiri. Saya harus tegas pada diri saya sendiri untuk tidak terlalu memikirkan hal lain selain menyelesaikan studi saya. Setelah lulus dan bekerja, tanggung jawab saya berpindah kepada kebahagiaan keluarga dan tak lupa kebahagiaan saya sendiri. Bismillah yang terpenting adalah ridho Allah dan ridho orangtua :)


Foto ini diambil di sekitar lingkungan kampus. Dan kalimat itulah yang paling pas menggambarkan keinginan saya :)