5 Februari 2011

wejangan dari buku


Di liburan (yang hanya) sebulan ini, ada beberapa kegiatan yang sedang sering dilakukan.
Yang pertama bolak-balik kontrakan adek kelas untuk ikut bergotong-royong menggarap maket karya baru untuk TKMDII nanti. Sebuah rumah tinggal dengan menggunakan style modern yang dipadu dengan nuansa budaya Asmat (budaya di Papua).

Lalu yang kedua, membuat sketsa-sketsa alternatif desain untuk menyicil TA. Sketsa berupa furniture-furniture, elemen estetika hingga alternatif denah objek (objek saya adalah mendesain cafe di tengah perkebunan teh).

Dan yang ketiga adalah membaca. Ya, saya baru sadar sudah lama sekali saya tidak membaca buku. Kecuali buku interior dan diktat-diktat kuliah. Tetapi untuk sekedar membaca novel-novel tebal yang saya gemari justru sudah tidak pernah terbaca sejak kuliah ini. Ya Tuhan, padahal di dalam lemari ini penuh dengan novel-novel yang belum dibaca hampir semuanya! Good job!

Bukannya mulai membaca novel-novel yang di dalam lemari, tetapi saya malah tertarik dengan sebuah novel yang berjudul "Negeri 5 Menara" karya A. Fuadi di sebuah toko buku. Mungkin saya telat ya kalau baru baca sekarang. Haha. Novel ini sudah booming dulu kala. Dan saya malah baru tertarik ketika melihat edisi kedua yang berjudul "Ranah 3 Warna". Ulasan yang diceritakan dibelakang bukunya sangat menarik. Alhasil bukannya alih-alih mengurangi jumlah buku yang sudah terbaca di dalam lemari, tetapi saya justru menambah jumlah buku yang harus saya baca. Ya, saya membeli buku "Negeri 5 Menara" itu. Hahaha.

Buku "Negeri 5 Warna" ini memang belum tuntas saya baca. Namun, ada banyak hal yang bisa saya ambil. Padahal ini baru dipertengahan cerita. Wah, buku ini sangat inspiratif sekali. Saya suka! :D

Ada beberapa paragraf yang saya suka. Mungkin ketika itu, suasana hati saya sedang galau *curcol* sehingga sangat pas sekali. Seakan-akan saya diberi nasihat *mulai lebay tapi beneran ini gak bohong.suer* dan wejangan agar tidak bersedih hati lagi.

Paragraf ini ada pada halaman 107-108. Berisi nasehat dari Ustad Salman:

"Resep lainnya adalah tidak pernah mengijinkan diri kalian
dipengaruhi oleh unsur di luar diri kalian.
Oleh siapa pun, apapun, dan suasana bagaimana pun.
Artinya jangan mau sedih, marah, kecewa,
dan takut karena ada faktor luar.
Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri,
jangan serahkan kekuasaan pada orang lain.
Orang boleh menodong senapan, tapi kalian
punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar.
Kalian punya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam,
dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar."

"Jangan sampai hal tersebut menghancurkan mental terdalam kalian.
Jangan biarkan diri kalian kesal dan marah, hanya merugi dan menghabiskan energi.
Hadapi dengan lapang dada, dan belajar darinya.
Bahkan kalian bisa tertawa, karena ini hanya gangguan sementara.
Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun.
Karena kalianlah master dan penguasa hati kalian.
Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses."


Kalimat-kalimat ini seakan membuat saya tersentil. Ahh benar juga. Saya adalah penguasa hati saya. Dan Allah SWT tentunya. Selain itu, tidak ada yang berhak untuk membuatnya kacau. Karena ini hanya gangguan sementara.
Bismillahirrohmanirrohim.
Separatoosss!!!

2 komentar:

liek mengatakan...

tragedi yang sama mbak, saya juga baru baca bukunya baru2 ne, bedanya mbak modal (beli bukunya) n saya pinjem punya adek...mungkin kalo gada pinjeman juga saya ga baca..,haha parah, tapi asik bukunya saya suka gaya bahasanya, selebihnya isinya persis seperti yang pernah saya alami dipondok dulu (ada sedikit cerita di blog saya kalau mbak sudi bertandang ^_^). sekarang lagi ngantri pinjeman ranah 3 warna (lagi-lagi pinjem hehe...) _saLaM keNaL_

hello yellow! mengatakan...

Salam kenal juga :)
trims komentarnya ya. saya juga sudah punya yg Ranah 3 Warna. cuman belum sempat membacanya. nanti kalo sudah saya baca, saya share lg InsyaAllah :)