Masih di Jogja dengan cerita yang berbeda dan tempat yang berbeda pula. Postingan ini lanjutan dari Djogja Karta. Itinerary selanjutnya adalah ke Ullen Sentalu Museum. Sebuah Museum Seni dan Budaya Jawa Ullen Sentalu. Informasi dari salah satu teman mengatakan museum ini bagus, baik berupa isi dan bangunannya. Saya sebelumnya malah belum pernah dengar nama Ullen Sentalu. Lokasinya di Kaliurang km 25, bagian utara kota Jogja. Cukup lumayan jauh perjalanan menuju Ullen Sentalu ini. Kurang lebih 45 menit dari pusat kota.
Kesan pertama saat saya tiba di Ullen Sentalu Museum ini adalah asri dan banyak pepohonan. Mengingatkan saya akan Museum Antonio Blanco yang saya datangi beberapa bulan yang lalu bersama sahabat-sahabat saya.
Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan bahasa Jawa yaitu "ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku" yang artinya "Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan". Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita (Sumber: Wikipedia). Untuk informasi lebih banyak tentang Ullen Sentalu monggo di klik di sini.
Dengan membeli tiket masuk seharga Rp 25.000, kami langsung disambut dengan mbak-mbak ramah dan "cukup" ceriwis masuk menuju museum ini. Ullen Sentalu Museum terbagi menjadi beberapa bagian. Benda -benda seni berupa lukisan dan beberapa benda museum seperti kain batik, gamelan, surat, foto, dll diletakkan di dalam setiap bangunan berbeda yang memiliki tema masing-masing. Pengambilan foto di dalam ruangan museum tidak diperbolehkan. Yang diperbolehkan hanya di beberapa area tertentu saja.
Image dari sebuah museum adalah membosankan dan kurang komunikatif. Tapi menurut saya Ullen Sentalu ini berbeda. Sama dengan Museum Antonio Blanco, Ullen Sentalu tidak membosankan dan guidenya pun sangat komunikatif dan kocak. Desain arsitektur, lansekap dan interiornya pun bagus. Mata kita sangat dimanjakan oleh keindahan museum ini. Selain itu, cara pengaturan alur dari satu gedung ke gedung lainnya tidak membosankan. Nice!
Ruang pertama yang kami masuki adalah Ruang Seni Tari dan Gamelan. Di ruangan ini terdapat beberapa koleksi gamelan milik keraton. Selain itu juga ada pula lukisan-lukisan tarian tradisional keraton. Katanya si mbak guide, yang melukis merupakan orang kepercayakan keraton. Lukisannya sangat indah dan sangat-sangat menyerupai manusia. Karena sebagian besar objek lukisan adalah manusia. Jika wanita, sangat cantik dan anggun sekali. Jika pria, sangat tampan dan gagah. Ini pelukisnya makan apa ya? Lukisannya bisa sebegitu bagusnya, batin saya dalam hati.
Sumber: Google |
Lanjut menuju ruang ke 2. Ruang ini bernama Ruang Sela Giri. Berupa lorong panjang dengan lukisan serta foto-foto keluarga Keraton pada jaman dahulu. Ruangan ini didominasi oleh permainan batu-batu kali yang berukuran besar. Katanya sih material bangunannya diambil dari batu Merapi. Pola batu-batu disusun seperti gaya Gothic, menyudut pada sisi atasnya. Menariknya di sini, ada 1 lukisan yang seperti 3 dimensi. Sehingga lukisan tampak nyata karena arah pandang lukisan tersebut mengikuti arah orang yang memandangnya. Agak sedikit syerem yak hehehe :p
Konsep Ruang Sela Giri ini dibangun di bawah tanah karena mengikuti kontur lahan. Sehingga saat kita keluar dari ruangan ini, kita perlu melalui tangga. Konsep yang unik.
Sumber: Google |
Area selanjutnya adalah Kampung Kambang. Salah satu area favorit saya nih! Berupa beberapa ruang yang dibangun di atas kolam air. Kata mbak guidenya, konsep ini diambil dari konsep Bale Kambang dan konsep Labirin. Jadi jalan untuk menuju ruang 1 ke ruang lainnya berliku-liku.
Ruang pamer yang berdiri di area Kampung Kambang ini ada beberapa nama. Yang pertama Ruang Syair untuk Tineke. Ruang ini dipenuhi oleh kertas yang berisi tulisan tangan. Isinya pun bermacam-macam. Mulai dari surat untuk pasangan/keluarga Keraton sampai dengan syair-syair. Dan tulisannya sangat bagus! Khas tulisan jaman dulu. Tegak bersambung.
Royal Room Ratoe Mas adalah ruang selanjutnya yang kami masuki. Ruangan ini berisi foto-foto, benda kenangan, lukisan sampai dengan pernak-pernik dari beliau. Ruangan ini dipersembahkan khusus untuk Ratu Mas, Permaisuri dari Sunan Pakubuwana X.
Ruang berikutnya adalah Ruang Batik Vorstendlanden, ruang ini berisi batik-batik yang digunakan para bangsawan keraton, mulai dari upacara keraton hingga untuk pernikahan yang salah satu busana untuk mempelai wanitanya tidak boleh menggunakan pengait apapun. Hanya permainan beberapa tumpuk kain batik yang diikat sedemikan rupa. Awesome!
Masih dengan tema batik, ruang selanjutnya adalah Ruang Batik Pesisiran. Di ruangan ini, diceritakan batik-batik mulai dari motif batik untuk acara pernikahan hingga motif batik untuk berbelasungkawa.
Dan ruang terakhir adalah Ruang Putri Dambaan. Ruang yang dikhususkan untuk putri tunggal Mangkunegara VII dengan permaisuri GKR Timur, GRAy Siti Nurul Kusumawardhani (sumber: ullensentalu.com). Yang dipamerkan di area ini adalah foto-foto sang putri mulai dari masa kanak-kanak hingga ketika beliau menikah. Sang putri sangat cantik dengan wajah khas wanita Jawa. Tidak kalah mencolok pada saat berfoto bersama dengan teman-teman bulenya. Beliau saat itu berpose dengan rambut yang dikepang ala wanita Jawa.
Se-keluar kami dari ruangan ini, guide membawa kami ke ruangan istirahat. Mbak guide memberikan kami segelas minuman tradisional yang katanya berkhasiat sebagai minuman awet muda. Minuman yang dibuat dari campuran jahe, kayu manis, gula jawa, pandan dan garam. Dan rasanya unik! :D
Lanjut menuju area selanjutnya. Kami dibawa ke sebuah bangunan yang tampak seperti bangunan kolonial. Saya kira ini bangunan tua kemudian di pugar. Ternyata ini merupakan bangunan baru yang dibuat seolah-olah bangunan tua. Wauw! Detail-detail bangunan kuno-nya sangat persis seperti pada masa jaman Belanda. Suka! Bangunan ini disebut dengan Beukenhof.
Ruang yang kami datangi bernama Sasana Sekar Bawana. Untuk menuju ruangan ini, kami harus melalui lorong dengan kolom-kolom batu seukuran batu kali. Mengingatkan saya akan kampus ITB yang identik dengan kolom batunya.
Ruang Sasana Sekar Bawana ini masih satu bangunan dengan Beukenhof. Hanya letaknya di lantai 1. Uniknya, ruangan Sasana Sekar Bawana ini tidak menggunakan style Belanda. Dia justru hanya menggunakan material lantai tekel, kaca, dinding semen, dan batu. Seolah-olah terpisah dengan bangunan Beukenhof.
Di ruang ini terdapat lukisan-lukisan serta patung. Ada lukisan raja Mataram hingga lukisan Sultan menyambut Lady Diana dan Pangeran Charles. Sangat muwirip (baca: mirip) dengan Lady Diana! Edanlah sumpah! Yang saya suka dari ruangan ini adalah kombinasi permainan lantai tekel yang berwarna merah dan putih serta kolom semennya. Artistik!
Beukenhof (Sumber: Google) |
Lorong menuju ruang Sasana Sekar Bawana (Sumber: Google) |
Ruang Sasana Sekar Bawana (Sumber: Google) |
Ruang Sasana Sekar Bawana adalah ruang pamer terakhir. Mbak guide kemudian membawa kami menuju area Taman yang cukup besar yang terdapat kolam, restoran dan toko souvenir. Di area ini diperbolehkan untuk mengambil gambar. Taman ini cukup luas dengan banyak pepohonan, perpaduan bangunan kuno ala kolonial dan bangunan modern futuristik, pilar-pilar batu, kolam dengan hamparan bunga teratai di atasnya. Awesome!
Daripada saya cerita ngalor-ngidul terus, monggo dilihat saja foto-foto yang berhasil saya tangkap. Enjoy! :)
Daripada saya cerita ngalor-ngidul terus, monggo dilihat saja foto-foto yang berhasil saya tangkap. Enjoy! :)
Melihat pohon-pohon cemara, saya jadi teringat film Twilight :p |
Mejeng dulu lahh :p |
I love the details! |
Monumen Persahabatan From Kyoto |
Sama Mbak Guide yang ceriwis dan kocak |
Pagar pembatasnya so unique! |
Lihatlah pola lantainya! ;D |
Di depan area toko merchandise |
LOL |
Me and my sister doing some stupid pose :)) |
Sampai jumpa di postingan selanjutnya! Muach! :* |