Keberangkatan saya kali ini ke Bandung adalah yang ketiga kalinya. Yang pertama dan yang paling ndeso adalah sewaktu saya nebeng acara ayah saya yang kebetulan sedang bertugas di Bandung. Itu adalah the first time buat saya menapakkan kaki di Bandung. Bisa disimak gimana ndesonya saya di sini dan di sini.
Yang kedua, ketika saya dan teman-teman saya mewakili kampus menjadi delegasi dalam PRA-TKMDII di Universitas Maranatha Bandung. PRA-TKMDII ini adalah pematangan konsep untuk acara TKMDII di bulan Januari/Februari 2011 nanti
(it's mean, saya bakal ke Bandung lagi. YAY!)
Oh ya, TKMDII ini adalah Temu Karya Mahasiswa Desain Interior Indonesia. Dan TKMDII merupakan acara rutin dari mahasiswa-mahasiswa interior se-Indonesia. Tahun lalu ISI Jogjakarta yang menjadi tuan rumahnya.
Dan yang ketiga adalah dalam rangka mengunjungi Pasar Seni ITB. Saya bela-belain! haha!
Saya sangat antusias karena ketika membaca blog mereka, saya melihat wishlist band-band yang bakalan main disana. Jujur, yang bener-bener membulatkan tekad saya untuk berangkat adalah THE BIRD AND THE BEE dan FRAU.
Tiga orang itu (yang padahal masih belum tentu jadi manggung di sana) bener-bener membuat saya terobsesi untuk hadir. Hahaha! Dan pada kenyataannya yang jadi tampil hanya si FRAU. It's ok! Yang penting berangkaaattt !! :D
***
Kebetulannya lagi, tempat untuk wacana riset saya di daerah Dago juga *thanks God!
Saya mau cerita sedikit. Agak melenceng dari Pasar Seni ITB. Hehehe.
Walini Tea Gallery ini adalah tempat yang bakalan saya datengin buat riset. Cafe ini kepunyaan PTPN VIII di Bandung. Masih inget gedung Boscha di film Petualangan Sherina? Disanalah PTPN VIII berada dengan perkebunan teh Malabar mereka.
Cafe ini sangat menyenangkan dan nyaman di dalamnya. Interiornya sangat manis dengan dominasi tampilan bunga-bunga (menurut saya kok agak berkesan style victorian) pada buku menu, sarung pada kursi, taplak meja, hingga botol merica dan garam.
Sebagai partisi mereka gunakan rak gantung yang berisi toples-toples lengkap dengan serbuk-serbuk teh hasil perkebunan teh. Yang saya suka adalah, cafe ini tidak membutuhkan AC atau pendingin sejenisnya. Sebab, partisi antara ruang dalam dan ruang luar hanya dibatasi oleh susunan kayu yang disusun horizontal. Sehingga udara yang masuk cukup banyak. Dan ditunjang dengan dinginnya kota Bandung.
Saya membayangkan, bagaimana jadinya jika cafe ini dipindah ke Surabaya. Mm.. udara panas mungkin yang didapat. Ohh Surabayaku tercinta..
Walaupun hujan sempat mengguyur kota kembang ini, tapi yang biasanya kalau sudah hujan dan mendung saya jadi orang pemalas sedunia, saat itu semangat saya masih tetap membara. Ehm, saya jadi berpikir, gimana caranya semangat membara ini saya terapkan ketika di Surabaya walaupun dengan kondisi mendung dan hujan. PR saya. Catat!
Di hari pertama ini, saya-tiza-kiki sempat mengunjungi perpustakaan FSRD ITB. Hehehe.. kerajinan banget yak? Jawabannya lagi-lagi adalah "mumpung di Bandung"
Kesempatan itu saya gunakan untuk menemukan referensi riset. Syukur2 kalau nemu. Lumayan. Hohoho..