4 November 2010

it's just a boy without ears, eyes, and heart

Banyak yang menyangka judul ini ada sangkut pautnya dengan pacarlah, teman lelakilah dan pendapat-pendapat sejenis yang lain. Bukan. Ini bukan tentang itu semua. Ini adalah tentang saudara. Saudara sedarah atau yang sering disebut adik lelaki.

Saya punya seorang adik lelaki. Kami hanya beda setahun. Adapula adik saya yang perempuan. Cukup jauh jarak kami. Kurang lebih 6 tahun.

Mungkin karena kami sama-sama berbintang Sagitariusnya atau karena jarak kelahiran kami sama dekatnya, maka sering timbul percekcokan. Saya rasa hal ini wajar. Dalam hal persaudaraan wajar timbul perselisihan. Dan pasti akan selesai dan berbaikan dengan sendirinya. Sampai disaat saya dan adik lelaki saya mengalami perselisihan lagi. Tetapi pas ketika di saat lebaran, kami bisa berbaikan. Dan kembali bicara satu sama lain seperti dulu lagi.
Saya sangat senang saat itu. Alhamdulillah kami bisa bareng lagi..

Tapi ternyata itu tidak bertahan lama. Beberapa hari yang lalu kami mengalami perselisihan lagi. Dan itu fatal! Saya sudah benar-benar hilang akal. Tak tau harus bagaimana lagi. Saya sendiri sudah capek harus begini terus.

Lagi-lagi karena masalah sepele. Dan ia tidak mau mendengarkan atau melihat dari sudut pandang orang lain. Mengapa masalah itu sampai dibuat seribet ini.

Malam harinya saya menangis. Saya sudah muak. Saya butuh mama disaat itu untuk berkeluh kesah. Untuk menumpahkan semua unek-unek saya. Mengapa tidak ke ayah saya? Saat itu beliau sedang tugas diluar kota. Dan saya cukup tahu diri. Saya tidak akan mengganggu beliau yang sedang mencari nafkah. Sudah cukup dengan segala keruwetan masalah kantor.
Oke baik. Akan saya pendam. Semoga kuat.

Tengah malam. Buntu karena tidak dapat berpikir dan mengerjakan tugas, saya online. Saya chat dengan sahabat saya. Tiba-tiba saya curahkan semua unek-unek saya. Lega. Dan saya menangis lagi.
Terserah orang bilang saya cengeng atau apalah. Tapi disaat itu memang puncaknya. Saya lelah dan sangat merindukan mama.

Saya teringat dengan kata-kata teman saya, dia juga sering mengalami hal seperti ini dengan adik lelakinya.
(berikut kebawah adalah chat teman saya)

Pernahkah berpikir tidak adik seperti itu karena kurang kasih sayang. Dia terlalu jauh dengan kehangatan kehidupan keluarga dan dia menutupi dengan berusaha tegar dan sok cuek. Cara dia marah-marah/membentak itu adalah ungkapan bahwa ia butuh orang yang disayanginya. Selama ini perhatian jauh, mamamu sudah tiada, ayahmu dinas diluar kota, nenek terkadang mungkin dia malu/gengsi, kakak dan adiknya pun sudah sibuk dengan tugas dan kesibukan masing-masing. Dan kenakalannya yang sembrono, awut-awutan itu pertanda ia jauh dari seorang ibu. Akhirnya pelampiasan itu ditumpahkan kepada kakak wanitanya yang ia anggap dapat menggantikan ibunya, yang mengerti akan egonya, yang mau menerima semua amarahnya. tapi kita hanyalah seorang kakak, bukan seorang ibu.

Kita tidak sesabar ibu yang mengerti dan mau menerima segala tingkah laku anak. Tetapi kita mencoba mengerti akan semua hal ini dan berusaha berpikir logis dan sabar. Tetapi lagi-lagi, kita hanya seorang kakak yang terkadang muncul sifat ego. Kuncinya adalah sabar dan tetap berusaha berkomunikasi.

Mengapa Allah memilih kita sebagai seorang kakak. Karena Allah tau kita mampu untuk menjalani ini semua.
Kenakalan manusia itu ada batasnya. Nanti ada saatnya dimana semua itu akan terbuka. Ada cerita seperti ini, " Ada kotak besar yang harus kita pindahkan ke tempat lain dan kita berusaha mati-matian untuk mengangkat namun tidak kunjung berpindah. Kita coba lagi. Terangkat sedikit tetapi hanya berpindah beberapa sentimeter. Ketika capek, kita letakkan dulu. Biarkan. Kemudian coba lagi dan coba lagi. Tetapi ketika kotak besar itu tidak kunjung berpindah walaupun kita sudah berusaha mati-matian, letakkan saja. Biarkan. Kita tinggalkan saja dulu dan mencoba mengangkatnya disaat yang tepat "
Dan kesimpulan dari cerita diatas adalah, kita terlalu terfokus pada masalah itu saja. Sampai-sampai kita tidak melihat lingkungan sekitar yang masih bisa diangkat. Sama halnya dengan adik kita. Ketika dia susah untuk diangkat, letakkan dulu dan diamkan. Nanti pasti akan terpikir bagaimana cara mengangkatnya.
***

Hmm.. yang pasti saat ini saya berusaha baik. Walaupun dia tidak pernah tau atau tidak mau tau usaha saya, sebagai kakak saya berusaha sebaik mungkin. Usaha ini akan selalu dihargai oleh Allah. Bismillah.. :)

***
Dear God,
Semoga masalah ini bisa selesai dan kami bisa seperti dulu lagi. Amin.

1 komentar:

hello yellow! mengatakan...

judulnya kenapa tiz? miris yaa?
yaahh.. bismillah deh. semangat, sabar dan banyak berdoa! :)