18 Juni 2012

Ullen Sentalu Museum

Masih di Jogja dengan cerita yang berbeda dan tempat yang berbeda pula. Postingan ini lanjutan dari Djogja Karta. Itinerary selanjutnya adalah ke Ullen Sentalu Museum. Sebuah Museum Seni dan Budaya Jawa Ullen Sentalu. Informasi dari salah satu teman mengatakan museum ini bagus, baik berupa isi dan bangunannya. Saya sebelumnya malah belum pernah dengar nama Ullen Sentalu. Lokasinya di Kaliurang km 25, bagian utara kota Jogja. Cukup lumayan jauh perjalanan menuju Ullen Sentalu ini. Kurang lebih 45 menit dari pusat kota. 









Kesan pertama saat saya tiba di Ullen Sentalu Museum ini adalah asri dan banyak pepohonan. Mengingatkan saya akan Museum Antonio Blanco yang saya datangi beberapa bulan yang lalu bersama sahabat-sahabat saya. 

Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan bahasa Jawa yaitu "ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku" yang artinya "Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan". Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita (Sumber: Wikipedia). Untuk informasi lebih banyak tentang Ullen Sentalu monggo di klik di sini.

Dengan membeli tiket masuk seharga Rp 25.000, kami langsung disambut dengan mbak-mbak ramah dan "cukup" ceriwis masuk menuju museum ini. Ullen Sentalu Museum terbagi menjadi beberapa bagian. Benda -benda seni berupa lukisan dan beberapa benda museum seperti kain batik, gamelan, surat, foto, dll diletakkan di dalam setiap bangunan berbeda yang memiliki tema masing-masing. Pengambilan foto di dalam ruangan museum tidak diperbolehkan. Yang diperbolehkan hanya di beberapa area tertentu saja. 

Image dari sebuah museum adalah membosankan dan kurang komunikatif. Tapi menurut saya Ullen Sentalu ini berbeda. Sama dengan Museum Antonio Blanco, Ullen Sentalu tidak membosankan dan guidenya pun sangat komunikatif dan kocak. Desain arsitektur, lansekap dan interiornya pun bagus. Mata kita sangat dimanjakan oleh keindahan museum ini. Selain itu, cara pengaturan alur dari satu gedung ke gedung lainnya tidak membosankan. Nice!

Ruang pertama yang kami masuki adalah Ruang Seni Tari dan Gamelan. Di ruangan ini terdapat beberapa koleksi gamelan milik keraton. Selain itu juga ada pula lukisan-lukisan tarian tradisional keraton. Katanya si mbak guide, yang melukis merupakan orang kepercayakan keraton. Lukisannya sangat indah dan sangat-sangat menyerupai manusia. Karena sebagian besar objek lukisan adalah manusia. Jika wanita, sangat cantik dan anggun sekali. Jika pria, sangat tampan dan gagah. Ini pelukisnya makan apa ya? Lukisannya bisa sebegitu bagusnya, batin saya dalam hati. 

Sumber: Google
Lanjut menuju ruang ke 2. Ruang ini bernama Ruang Sela Giri. Berupa lorong panjang dengan lukisan serta foto-foto keluarga Keraton pada jaman dahulu. Ruangan ini didominasi oleh permainan batu-batu kali yang berukuran besar. Katanya sih material bangunannya diambil dari batu Merapi. Pola batu-batu disusun seperti gaya Gothic, menyudut pada sisi atasnya. Menariknya di sini, ada 1 lukisan yang seperti 3 dimensi. Sehingga lukisan tampak nyata karena arah pandang lukisan tersebut mengikuti arah orang yang memandangnya. Agak sedikit syerem yak hehehe :p

Konsep Ruang Sela Giri ini dibangun di bawah tanah karena mengikuti kontur lahan. Sehingga saat kita keluar dari ruangan ini, kita perlu melalui tangga. Konsep yang unik.

Sumber: Google

Area selanjutnya adalah Kampung Kambang. Salah satu area favorit saya nih! Berupa beberapa ruang yang dibangun di atas kolam air. Kata mbak guidenya, konsep ini diambil dari konsep Bale Kambang dan konsep Labirin. Jadi jalan untuk menuju ruang 1 ke ruang lainnya berliku-liku. 

Ruang pamer yang berdiri di area Kampung Kambang ini ada beberapa nama. Yang pertama Ruang Syair untuk Tineke. Ruang ini dipenuhi oleh kertas yang berisi tulisan tangan. Isinya pun bermacam-macam. Mulai dari surat untuk pasangan/keluarga Keraton sampai dengan syair-syair. Dan tulisannya sangat bagus! Khas tulisan jaman dulu. Tegak bersambung. 

Royal Room Ratoe Mas adalah ruang selanjutnya yang kami masuki. Ruangan ini berisi foto-foto, benda kenangan, lukisan sampai dengan pernak-pernik dari beliau. Ruangan ini dipersembahkan khusus untuk Ratu Mas, Permaisuri dari Sunan Pakubuwana X. 

Ruang berikutnya adalah Ruang Batik Vorstendlanden, ruang ini berisi batik-batik yang digunakan para bangsawan keraton, mulai dari upacara keraton hingga untuk pernikahan yang salah satu busana untuk mempelai wanitanya tidak boleh menggunakan pengait apapun. Hanya permainan beberapa tumpuk kain batik yang diikat sedemikan rupa. Awesome!

Masih dengan tema batik, ruang selanjutnya adalah Ruang Batik Pesisiran. Di ruangan ini, diceritakan batik-batik mulai dari motif batik untuk acara pernikahan hingga motif batik untuk berbelasungkawa.

Dan ruang terakhir adalah Ruang Putri Dambaan. Ruang yang dikhususkan untuk putri tunggal Mangkunegara VII dengan permaisuri GKR Timur, GRAy Siti Nurul Kusumawardhani (sumber: ullensentalu.com). Yang dipamerkan di area ini adalah foto-foto sang putri mulai dari masa kanak-kanak hingga ketika beliau menikah. Sang putri sangat cantik dengan wajah khas wanita Jawa. Tidak kalah mencolok pada saat berfoto bersama dengan teman-teman bulenya. Beliau saat itu berpose dengan rambut yang dikepang ala wanita Jawa.

Se-keluar kami dari ruangan ini, guide membawa kami ke ruangan istirahat. Mbak guide memberikan kami segelas minuman tradisional yang katanya berkhasiat sebagai minuman awet muda. Minuman yang dibuat dari campuran jahe, kayu manis, gula jawa, pandan dan garam. Dan rasanya unik! :D


Lanjut menuju area selanjutnya. Kami dibawa ke sebuah bangunan yang tampak seperti bangunan kolonial. Saya kira ini bangunan tua kemudian di pugar. Ternyata ini merupakan bangunan baru yang dibuat seolah-olah bangunan tua. Wauw! Detail-detail bangunan kuno-nya sangat persis seperti pada masa jaman Belanda. Suka! Bangunan ini disebut dengan Beukenhof. 

Ruang yang kami datangi bernama Sasana Sekar Bawana. Untuk menuju ruangan ini, kami harus melalui lorong dengan kolom-kolom batu seukuran batu kali. Mengingatkan saya akan kampus ITB yang identik dengan kolom batunya. 

Ruang Sasana Sekar Bawana ini masih satu bangunan dengan Beukenhof. Hanya letaknya di lantai 1. Uniknya, ruangan Sasana Sekar Bawana ini tidak menggunakan style Belanda. Dia justru hanya menggunakan material lantai tekel, kaca, dinding semen, dan batu. Seolah-olah terpisah dengan bangunan Beukenhof. 

Di ruang ini terdapat lukisan-lukisan serta patung. Ada lukisan raja Mataram hingga lukisan Sultan menyambut Lady Diana dan Pangeran Charles. Sangat muwirip (baca: mirip) dengan Lady Diana! Edanlah sumpah! Yang saya suka dari ruangan ini adalah kombinasi permainan lantai tekel yang berwarna merah dan putih serta kolom semennya. Artistik!

Beukenhof (Sumber: Google)

Lorong menuju ruang Sasana Sekar Bawana (Sumber: Google)
Ruang Sasana Sekar Bawana (Sumber: Google)

Ruang Sasana Sekar Bawana adalah ruang pamer terakhir. Mbak guide kemudian membawa kami menuju area Taman yang cukup besar yang terdapat kolam, restoran dan toko souvenir. Di area ini diperbolehkan untuk mengambil gambar. Taman ini cukup luas dengan banyak pepohonan, perpaduan bangunan kuno ala kolonial dan bangunan modern futuristik, pilar-pilar batu, kolam dengan hamparan bunga teratai di atasnya. Awesome!

Daripada saya cerita ngalor-ngidul terus, monggo dilihat saja foto-foto yang berhasil saya tangkap. Enjoy! :)

Melihat pohon-pohon cemara, saya jadi teringat film Twilight :p



Mejeng dulu lahh :p




I love the details!


Monumen Persahabatan From Kyoto
Sama Mbak Guide yang ceriwis dan kocak



Pagar pembatasnya so unique!

Lihatlah pola lantainya! ;D


Di depan area toko merchandise


LOL





Me and my sister doing some stupid pose :))

Sampai jumpa di postingan selanjutnya! Muach! :*




16 Juni 2012

Djogja Karta

Akhir bulan April lalu, saya sekeluarga melancong ke Jogja.Sebenarnya bukan dalam rangka liburan, tapi menemani adik bungsu saya untuk melihat ISI Jogjakarta.

Kedatangan saya pribadi ke Jogja ini sudah 3 kali. Tapi kesemuanya adalah kunjungan yang lumayan singkat. Yang pertama kali adalah ketika perpisahan SD. Rekreasi ke Jogja setelah ujian akhir nasional. Yaa, bisa ditebak, rute mana saja yang di lewati. Haha! Candi Borobudur, Maliobro, Monumen Jogja Kembali, Keraton, yaa yang berbau-bau ilmu sejarah.

Kunjungan kedua justru lebih singkat lagi. Saya dan sekeluarga bersama Alm. Ibu saya. Hanya sehari saja. Dan itupun hanya ke Candi Borobudur dan Malioboro.

Di kunjungan ketiga, kali ini dalam rangka kegiatan kampus. Lebih tepatnya menghadiri acara TKMDII yang diselenggarakan di Gedung Vredenburg. TKMDII semacam pameran interior yang diikuti oleh jurusan interior se Indonesia. Karena lokasinya dekat sekali dengan Malioboro, jadinya kami selalu berkunjung ke Malioboro. Haha! Tempat terjauh saat itu yang kami datangi adalah Resto Pondok Cabe yang terletak di dekat kampus UGM. Resto yang uwenak karena sambalnya yang nendang! :d

Dan di kunjungan yang keempat ini, sudah saya susun sedemikian rupa supaya enggak ke tempat itu-itu saja. Okelah, Malioboro tetap masuk ke dalam daftar wajib kunjung. Tapi saya tempatkan di hari terakhir saja. Keperluannya adalah membeli titipan orang rumah. Hohohoho..

Hari pertama setibanya di Jogja, kami singgah ke sebuah resto bakmi, namanya Bakmi Kadin. Katanya sih ini bakmi cukup femes yaa di Jogja. Saya mesen bakmi kuah/rebus dan segelas jeruk hangat. Hlumayann buat ngangetin badan. Nyomm.. Nyoommm.. Nyoommm

 

Bakmi Kadin *nyomnyomnyom*

Setelah kenyang, kami mampir ke Alun - Alun Jogja. Kata orang-orang setempat kita disuruh nyoba ngelewatin pohon kembar dengan mata tertutup. Mitosnya kalau bisa lolos sampai ke tengah, keinginan kita terkabul. Saya pernah lihat di FTV - FTV sih. Yang syuting di Jogja pasti selalu ada backgroundnya semacam pohon beringin kembar gitu. Coba ah, iseng - iseng berhadiah! :p

Saya kira Alun - Alun Jogja itu yaa seperti dulu waktu saya terakhir ke Jogja (acara TKMDII. Red). Yaa, rame-rame biasa aja gitu. Ealahdalahh, ternyata sekarang lebih rame lagi! Sudah ketambahan sepeda dengan lampu warna - warni. Mulai dari sepeda onthel, sepeda tandem, sampai sepeda model odong-odong. Rame sekalski tapi suweruu~

Yang pertama, saya sama keluarga nyoba jalan lurus dengan mata tertutup. Ternyata yang nyoba bukan kami saja. Buwanyak banget orang-orang yang nyoba. Bahkan sampai ada penyewaan penutup mata. Wahh, orang Jogja kreatif. Momen seperti ini dijadikan ladang usaha. Heuheuheu.

Karna banyak banget yang nyoba sambil tutup mata, jadi setiap orang selalu didampingi teman atau keluarganya. Kalau tidak semua saling bertabrakan. Saya jadi penasaran! Saya coba dengan menutup mata dan didampingi ayah saya. Di depan saya banyak banget orang-orang lalu lalang. Alah, cuek aja. Tabrak! :p

Agak deg-deg an ya awalnya. Mwihihi. Takut melenceng jauh. Pikiran saya pokoknya fokus ke tengah. Lurus aja. Teruss jalann teruusss dan bruk! Saya nabrak pembatasnya pohon beringinnya. Padahal dikiittt lagi bisa sampe tengah tapi saya keburu buka mata. Ahhh sial!

Adek saya juga ikutan nyoba. Dia lolos lempeng nyampe ke tengah. Widih merasa tertantang, saya nyoba lagi dan kali ini langkah lebih saya percepat. Dan hore! Lolos sampe tengah! Hohohoho..

Pohon Beringin Kembar tampak siang hari


Abang odong-odongnya





Keesokan harinya, itinerary yang sudah saya susun sedemikian rupa mulai dijelajahi satu-satu. Lokasi pertama yang kami datangi adalah Taman Sari Yogyakarta. Untuk ke Taman Sari, kami menaiki becak dan diajak muter-muter mblusukan ke kampung-kampung. Oh, i love that! Mengamati orang-orang sepanjang jalan, melihat arsitektur-arsitektur Jawa kuno di setiap jalan :)

Sebelum sampai di Taman Sari, kami mampir ke sebuah galeri batik. Saya suka arsitekturnya. Kuno, kaya detail dan khas Jawa sekali. Nama galerinya "Batik Pramugari". Di dalamnya seperti semacam museum mini dengan galeri tempat menjual batik. Ada kereta kayu yang ditarik kuda pada jaman dahulu, workshop mini membuat batik -mulai dari membuat pola, men-canting, hingga pewarnaan, dan yang terakhir adalah galeri batik itu sendiri. Dengan dominasi warna hijau, putih dan emas membuat galeri ini langsung menarik perhatian mata. 

Si Abang becak



Cantik sekali bukan? :)
 









Menggambar pola

.. jadi inget jaman kuliah dulu..


Lanjut perjalanan menuju Taman Sari. Si abang becaknya mblusuk-mblusuk ke gang. Katanya, "Lebih cepat mbak rutenya". Akhirnya berhentilah kami di sebuah gang yang banyak becak pada parkir. Kata si abang becak, "Di sini ada pelukis kain bagus mbak, namanya Mbah Suhardi" Karena penasaran, mampirlah kita ke sana, yang tempatnya pas di sebelah parkiran becak. Bagus memang tapi tidak boleh mengambil foto. Takut ditiru katanya.

Saya jadi teringat kata salah seorang seniman fotografi Jogja, "Jadi fotografer itu harus nekat, kalau dilarang ya harus curi-curi gambar. Itu baru beda!" Jadilah adek saya mencuri-curi foto. Hhehehe.. :p

Mbah Suhardi dan lukisan-lukisannya
Sesampainya di Taman Sari, saya dan adek saya langsung ceprat cepret foto. Arsitektur yang khas Jawa dengan dominasi warna pink krem pucat. Dahulu Taman Sari merupakan tempat pemandian keluarga raja. Makanya banyak kolam di tempat ini. Selain itu juga terdapat lorong-lorong bawah tanah menuju area yang lain atau jalan di bawah tanah. 

Terdapat juga sebuah masjid yang harus melewati lorong-lorong. Semacam gua bawah tanah. Dan hawanya dingin, tidak pengap! Entah dibangun menggunakan material apa sewaktu dulu. Tapi sayang, di lantai 2 masjid sedang dalam renovasi. Jadi kami hanya bisa memutari lantai 1 dan sekedar jalan-jalan di tangga tengahnya. 







Bangga sekali yang menulis ini. Ckckckck..
"Shaund the Sheep" WHAT??!

Perjalanan selanjutnya kami teruskan ke sebuah tempat, lebih tepatnya bekas gedung ISI yang kemudian di ubah fungsinya menjadi semacam galeri seni yang bernama Jogja National Museum. Lokasinya di daerah Kaliurang. Saya tau ada pameran ini karena beberapa hari sebelum berangkat, di facebook senior saya memajang sebuah foto ala instagram yang objeknya unik. Dan ternyata objek tersebut merupakan salah satu karya yang dipamerkan di galeri tersebut. Wah sebelum sampai tempatnya, saya sudah takut. Takut-takut pamerannya buyar. Tapi rupanya Tuhan masih mengijinkan saya untuk melihat pameran tersebut. Pamerannya masih ada! :D

Pameran ini rupanya merupakan bagian acara dari Festival Seni Rupa 2012 dengan tema "Negari Ngayogyakarta Hadiningrat". Acara ini memperingati 1 abad HB IX dan peringatan 2,5 abad Ngayogyakarta Hadiningrat. Jadi sudah 100 tahun dan 250 tahun lamanya. Bukan waktu yang singkat. Dan yang dipamerkan mulai dari pameran seni rupa sampai dengan pameran arsip HB IX "Negari Ngayogyakarta Hadiningrat".

Sebelum kami ke pameran, kami mampir ke Amri, Museum Art and Gallery. Lokasinya tidak jauh dari Jogja National Museum. Galeri ini adalah milik dari keluarga Alm. Amri Yahya. Bapak Amri Yahya adalah pelukis dan seniman yang terkenal di masanya. Cukup banyak karya beliau yang dipamerkan di museum ini.



Balik lagi ke Jogja National Museum. 
Memasuki halaman yang sangat besar, kami sudah disodorkan dengan berbagai karya seni rupa. Yang pertama kami lihat adalah sebuah sepeda yang tingginya seukuran hampir setinggi pohon beringin! Sangat mencolok sekali berwarna merah. Ada kurang lebih 3-4 karya seni di halaman museum. Ketika kami masuk ke dalam gedung, lebih banyak lagi karya-karya dari seniman Jogja. Pameran ini ditempatkan di 2 lantai. Lantai pertama terbagi menjadi 4 ruangan. Dan di lantai 2 terbagi sekitar 7-8 ruangan plus dengan pameran arsip dari HB IX. 

Di lantai pertama, mulai dari lukisan hingga karya kriya seperti replika tangan emas dan cermin, keris, boneka, dst. Banyak sekali. Kesemuanya berisi tentang HB IX "Negari Ngayogyakarta Hadiningrat". Yang paling saya suka di lantai pertama adalah replika nasi tumpeng lengkap beserta lauk pauknya. Dibuat dengan kombinasi kain bahan, flanel, clay hingga tali pita serta daun-daunan dari plastik. Detail dan sangat mirip dengan aslinya! 

Sepeda Tinggi Sekali







Suasana ruang pamer di lantai 1





Ini nih tumpeng kewrenn!!! Looks real, eh?!


Spiderman Bersarung








Lompat menuju lantai 2! Yang pertama kali saya lihat sewaktu nyampe tangga terakhir adalah sebuah pintu aneh berbentuk oval dan berwarna pink. Penasaran, saya pun memasukinya. Ternyata suasana di dalam ruangan berwarna pink dengan banyak kapas yang berwarna pink bergantungan. Di pojok ruangan ada sebuah bola yang berukuran besar dan berwarna pink juga! Lalu banyak bulatan-bulatan kecil yang posisinya berhamburan menuju bola besar tersebut. Di sisi kanan dan kiri saya ada 2 televisi. Yang di sebelah kanan menayangkan awal mula terbentuknya bayi. Dan yang di sebelah kanan saya menayangkan cuplikan-cuplikan aborsi! Tunggu dulu! Jangannn - jangannn....

Dan benar saja dugaan saya. Seketika itu saya keluar dari ruangan tersebut dan melihat pintu yang saya masuki. Ya benar! Instalasi seni ini menceritakan apa yang ada di dalam rahim wanita, rahim seorang ibu. Ruangan yang berwarna serba merah jambu ini adalah rahim. Dan bola besar di pojok ruangan itu adalah ovum. Dan yap, bulatan-bulatan kecil yang mengelilingi bola besar adalah sperma-sperma. Ini instalasi keren! Seni dan ilmu pengetahuan bergabung. Dan voila! 

Pintu masuknya

Suasana di dalam "ovum"

Instalasi lainnya tak kalah keren! Lebih banyak karya yang berbentuk 3 dimensi. Mulai dari patung, gitar, boneka, mangkok, teropong, kursi, dst. Kesemuanya diolah sedemikian rupa sehingga menarik untuk dilihat. Salut dengan seniman Jogja! Surabaya gak boleh kalah! :D






Teropong Masa Depan :p