21 Juli 2014

Tahun Pertama


Hampir satu semester atau bisa dibilang nyaris satu tahun saya merantau ke kota Bandung. Saya cukup kerasan dengan kost yang baru. Jauh jauh jauh lebih tenang daripada kost yang lama. Walaupun harus berjalan sekitar 5-10 menit untuk ke jalan raya, tapi cukup menikmatinya sebagai olahraga hehehe :p

Bandung dulunya adalah kota yang ingin saya datangi karena distronya keren-keren (jaman waktu masih labil banget nih haha), yang dulunya ingin saya datangi karena ingin sekali berkuliah S1 di FSRD ITB, yang dulunya penasaran banget seperti apa kota kreatif ini, akhirnya kesampaian untuk melanjutkan S2. Rejeki gak bakalan kemana, begitu kata orang-orang. Seperti postingan saya sebelumnya di sini, gimana pun saya senangnya akhirnya kesampaian berkuliah di Bandung, saya masih cinta banget dengan kota Surabaya. Walaupun sekarang kalau pulang ke Surabaya, kulitnya sudah mulai sombong. Sudah teriak-teriak rewel kepanasan kena panas matahari di Surabaya :))

Well, sisa waktu kuliah saya kurang satu semester atau satu tahun lagi. Waktu dimana saya bertempur dengan tesis. Target saya lulus tepat waktu dan tidak mau molor. Kasian orangtua jika harus mengeluarkan biaya lagi untuk menambah waktu kuliah saya. Dan kesian juga mas partner saya yang sudah menunggu di Surabaya, kelamaan ditinggal.

Kalau ditanya sudah kemana saja selama di Bandung, hmm... saya langsung garuk-garuk kepala hahaha. Saya soalnya pernah ditanyain begitu sama bapak-bapak yang duduk di sebelah kursi waktu perjalanan pulang ke Surabaya. "Sudah kemana aja neng selama di Bandung?" Dan saya cuman bisa nyengir ditanya seperti itu. "Sudah kesini? Kesini udah belum? Wah disini itu ada spot bagus untuk foto?" and the blaa blaa blaaa.. Ampuunn, Pak.. Ampuunnn..

Sebenarnya saya ini anak yang suka mbolang. Tapi karena satu dan lain hal yang menghambat hobi saya itu, akhirnya yaa.. belum seluruh Bandung saya sambangi (alesan bener dah :p). Ada satu kejadian yang bikin niat mbolang saya kegep ortu. Sewaktu awal kuliah, saya request supaya sepeda motor saya dikirim ke Bandung. Yah kan lumayan hemat ongkos transport kalau mau kemana-mana. Gampang dan gak ngerepotin orang-orang untuk nebeng sana sini. Tapi rupanya niat mbolang saya sudah tercium oleh ortu. "Gak usah bawa motor ke sana, bahaya, lagian kost kamu kan deket kampus. Jadi bisa naik angkot sekali aja. Lagian ngapain bawa motor? Nanti kamu keluyuran trus kuliahmu keganggu". Setdah! Kan hemat ongkos angkot papahhh.. Lagipula sayang banget udah di Bandung tapi ndak mbolang kemana-mana. Ya kannn.. ya kaaannn... ya kaannn?? :3
Tapi yaa gimana-gimana keputusan akhir tetap dipegang oleh Bos Besar. Tidak diijinkan. Ha ha ha.

***

Belum banyak tempat yang saya datangi di sini. Masih banyak list yang belum dituntaskan. Tapi ada satu moment yang menjadi favorit saya tahun ini --berkunjung ke rumah Nyoman Nuarta, pematung asal Bali dan tinggal di Bandung serta pemilik NuArt Sculpture Park plus pembuat patung Garuda Wisnu Kencana. Ceritanya cukup panjang sebenarnya. Tapi coba saya rangkum yaa..

Awal saya pindah ke Bandung, saya tidak tahu kalau ternyata punya saudara yang tinggal di Bandung juga. Berbekal alamat yang diberikan oleh saudara yang lain, saya berangkat untuk berkunjung ke rumah Om Ersat. Wajah dan wujudnya seperti apa, saya sama sekali tidak ada bayangan. Maklum ini saudara jauuuuuuhhhhhh banget dan belum pernah bertemu sama sekali. Jadi yaa semacam tali kasih, bedanya saya sendirian tidak ada presenter yang mempertemukan saya dan si Om. Oke lanjut. Singkat cerita, om Ersat ini rupanya lulusan fakultas seni rupa dan desain ITB. Dan saat ini beliau bekerja sama dengan Nyoman Nuarta, pemilik NuArt Sculpture Park. Dan saat itu juga saya diajak ke museum tersebut untuk melihat bengkel dimana karya-karya besar om Nyoman dibuat. Sebenarnya saya tidak terlalu kenal dan tahu mengenai Nyoman Nuarta. Tapi dulu beberapa hari sebelum keberangkatan saya ke Bandung, saya melihat ulasan tentang NuArt. Jangan-jangan ini suatu pertanda! *zoom in zoom out*

Hal menakjubkan yang pertama kali saya lihat adalah bengkel NuArt yang berisi patung-patung yang sedang dikerjakan. Salah satu patung sepertinya cukup familiar. Ternyata patung tersebut adalah bagian dari patung Garuda Wisnu Kencana. Di pos depan, terdapat sebuah papan yang menuliskan hari ke berapa sebelum hari H. Semacam reminder raksasa. Kesempatan yang amat jarang sekali rasanya bisa masuk ke dalam bengkel ini. Berbekal topi proyek dan kamera, saya seperti cah ndeso. Ber-wah-wah sana sini, ngowoh. Puas dari bengkel, saya diajak keliling NuArt. Tapi sayang, gedung museumnya sedang direnovasi  sehingga tidak bisa masuk ke dalam museum. Untuk sementara harus puas dulu bisa tahu museum patung keren plus bisa masuk bengkelnya. Alhamdu? Lillaaahhhh....

Alhamdulillah rejeki anak sholehah. Setelah peristiwa ajakan ke bengkel NuArt, saya dan sepupu diajak om Ersat berkunjung ke rumah om Nyoman. Kali ini gara-gara ulah iseng sepupu yang "ngadu" ke om Ersat kalo saya penasaran banget sama rumahnya om Nyoman. Alhasil berangkatlah kita hari itu juga main ke rumah Nyoman Nuarta. Padahal beliau baru saja sembuh dan keluar dari rumah sakit. Perasaan bersalah langsung menghinggap di pundak saya.

***

Dulu, si om pernah cerita bahwa rumah Nyoman Nuarta ada di belakang museum NuArt. Dalam bayangan saya, ideal banget rumah tidak jauh dari kantor. Dekat dan dapat mengawasi secara langsung. Dan saat itu juga, saya merasa beruntung sekaligus penasaran bagaimana isi rumah seorang pemahat patung sekelas Nyoman Nuarta.

Saat tiba di depan rumah, kami disambut oleh satpam yang bertugas di pos depan. Dengan memberikan salam seperti hormat kepada kami, pintu gerbang dibuka dan tampak sebuah komplek rumah yang asri dengan banyak pepohonan dan tanaman. Turun dari mobil, kami masuk ke tengah komplek rumah yang terdapat kolam renang persegi panjang dengan patung khas Nyoman Nuarta berbentuk seorang wanita yang tertidur di atas sebuah batu panjang. Di sisi kanan terdapat undakan tangga ke bawah yang terdapat semacam gazebo ala bali lengkap dengan kolam air mancur. Kolam renang diapit oleh rumah Nyoman Nuarta dan dua rumah kedua anaknya. Jadi di dalam satu kompleks rumah yang luasnya entah berapa hektar itu, terdapat 3 rumah dengan kolam renang dan gazebo. Dan satu lagi, ruang kerja dan workshop pribadi Nyoman Nuarta yang berada di bawah kompleks. Di bawah dalam arti sesungguhnya. Akses menuju area tersebut kita harus menaiki semacam "lift" dengan bagian atas yang terbuka untuk turun ke bawah. Lift ini mirip dengan yang pernah saya naiki ketika berada di Rock Bar Cafe di Bali. 

Masuk ke rumah Nyoman, kita di sambut dengan ruang keluarga dengan mini pantry yang langsung terbuka menghadap pepohonan. Adem rasanya. Naik ke lantai dua, terdapat satu area ruang duduk sofa yang berukuran besar dan satu area ruang duduk semacam ruang rapat dengan meja panjang dan banyak kursi. Rupanya di dalam rumah om Nyoman terdapat museum mini pribadi. Tidak terlalu luas, tapi apik dan artistik. Jika beliau menerima tamu pribadi atau saudara, mungkin akan diajak melihat beberapa koleksi karya beliau di ruangan ini. 

Saat itu saya belum bertemu langsung dengan om Nyoman, namun ketika sekembalinya kami dari melihat workshop pribadi, rupanya beliau sudah menunggu di rumahnya dan menyambut kami. Kesan pertama saya? Om Nyoman ramah dan humble. Beliau tidak segan-segan memberikan saran dan nasehat yang menurut saya sangat kebapakan dan tidak seperti menggurui. Beliau sempat menceritakan masa susahnya dahulu hingga sukses seperti saat ini. Kata om saya, om Nyoman ini suka bercerita dan tidak akan berhenti sampai lupa waktu :))

Saat kami berpamitan pulang, karena melihat muka saya yang berbinar-binar saat menyimak cerita om Nyoman, saudara saya (lagi-lagi) berinisiatif untuk berfoto bersama. Supaya Dila senang, katanya. Hahaha dasar usil *jitak*

Om Nyoman sekeluarga merupakan pribadi yang ramah dan menyenangkan. Senang bisa berkenalan dengan kalian semua. Semoga lain waktu saya bisa bermain lagi ke rumah om Nyoman :)

Di dalam area workshop dan bengkel NuArt

Do you see part of Garuda Wisnu Kencana statue?

Terimakasih om Nyoman sekeluarga sudah menyambut dengan hangat dan ramah